Sebelumnya perkenalkan, kami adalah pasukan XI IPA 8, salah satu anak bawang dari SMAN 1 Surakarta. Hari ini kami menjalani pertandingan final kejuaraan sepakbola yang disebut SMANSA CUP. SMANSA CUP sendiri merupakan kompetisi tahunan yang mempertandingkan semua kelas mulai dari kelas X hingga kelas XI. Kami memulai kejuaraan yang sangat bergengsi bagi para putra SMANSA ini dengan mudah. Kami sukses menjadi juara grup dengan mencatat kemenangan sempurna tanpa pernah kebobolan.
Pada babak selanjutnya pun ternyata kami masih terlalu tangguh bagi lawan kami. Pada perempat final, kami sukses menggasak skuad XI IPA 4 yang terkenal memiliki pertahanan tangguh dengan skor meyakinkan, 3-1. Pada semifinal, kami tidak terlalu banyak mendapat kesulitan. Dan korban selanjutnya yang harus mundur dari turnamen ini adalah XI IPA 6. Kami membantai mereka dengan skor telak 6-3. Sepertinya partai final pun akan menjadi milik kami pula jika seperti ini terus caranya.
Namun nampaknya kami terlalu hiperbolis, kami terlalu optimistis dapat merengkuh gelar juara SMANSA CUP 2009. Dan memang apa yang sangat saya khawatirkan tersebut benar adanya. Pada partai puncak, kami harus berusaha hingga ngos-ngosan dan hampir kalah menghadapi pasukan tangguh XI IPA 7. Untunglah kami dapat menyamakan skor 2-2 dan memaksakan drama adu penalti.
Satu catatan, selama kurang lebih 70 menit berjuang di lapangan rumput, saya bermain sangat buruk. Tidak seperti biasanya pertahanan kami sangat kacau menghalau serangan. Saya yang diamanati untuk mengomandoi barisan belakang dan bertugas pada sektor gelandang pun bermain jauh di bawah perform. Berulang kali saya melakukan kesalahan yang mengakibatkan terjadinya gol pertama dan kedua.
Mimpi buruk saya tidak berakhir di situ saja. Pada drama adu penalti, saya yang menempati urutan ke-4 sebagai algojo gagal menunaikan tugas. Bola yang saya tendang dengan kaki kanan hanya mengenai tiang gawang atas, dan bola pun meluncur ke atas lalu keluar. Sungguh saat itu saya merasa sangat kecewa, betapa menyesalnya saya, setelah gagal selama 70 menit, harus rela gagal lagi pada drama penentuan. Andai saja saat itu saya lebih tenang, pasti penendang ke-5 tidak akan down dan gagal mencetak gol, dan kami masih bisa berharap akan adanya pesta kemenangan.
Setelah pertandingan, kami berbaris untuk diambil fotonya, namun saya tidak mampu walau untuk sejenak merebahkan bibir, saya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekecewaan saya. Wajah murung pun kian akrab dengan saya meskipun teman-teman sudah mencoba untuk menghibur. Ditambah lagi, ternyata ayah saya hadir untuk menonton pertandingan itu. Betapa campur aduk perasaan saya setelah menerima semua kenyataan itu. Kecewa, marah, malu, sedih bercampur menjadi satu. Hingga tulisan ini dibuat pun saya masih belum bisa melupakan kekecewaan saya.
Terakhir, saya ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada teman-teman saya yang telah berjuang hingga titik darah penghabisan. Saya juga meminta maaf kepada supporter XI IPA 8 yang telah setia untuk terus mendukung kami selama ini.
To : Ageng, Thomas, Yosua, Kholid, Sanuri, Sony, Ian, Resi, Oddi, Kisma, Betty, Budhi, Gracia, Elpa. Maafkan aku....
Wah mas... Masih SMA kelas 2 ya???
BalasHapus@hangganuarta : iya nih.. hhe, situ jg ya??
BalasHapus